Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan yang dikatakan normal adalah proses pengeluaran janin pervaginam yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 - 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Berdasarkan jumlah persalinan yang telah dilakukan, maka persalinan dibagi menjadi 3, yaitu ibu yang pertama kali melahirkan (primipara), ibu yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (multipara), dan ibu yang melahirkan bayi viable lebih dari 5 kali (grande multipara).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses persalinan yaitu kekuatan his dan mengejan (power), jalan lahir (passage), janin dan plasenta (passanger), psikologis, dan penolong (provider). Faktor-faktor tersebut sangat berperan dalam menentukan lancar atau tidaknya suatu persalinan. Contohnya saja pada persalinan memanjang, hal ini dapat disebabkan oleh melemahnya kekuatan his dan mengejan ibu yang terkait dengan usia yang relatif tua, salahnya dalam persalinan ataupun perasaan takut dan cemas. Perasaan cemas, takut ataupun khawatir merupakan hal yang wajar terutama pada persalinan primipara.
Kecemasan dapat diartikan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan yang dirasakan umumnya berkisar pada takut perdarahan, takut bayinya cacat, takut sakit saat melahirkan, takut bila dijahit, takut terjadi komplikasi bahkan takut kelak tidak bisa merawat dan membesarkan anak dengan baik.
Nyeri persalinan dapat memengaruhi karakteristik klinis seorang ibu di antaranya meningkatnya curah jantung, tekanan darah, laju pernapasan, konsumsi oksigen, dan tingkat katekolamin. Selain itu, nyeri pada persalinan juga dapat menimbulkan stres yang akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Otak kemudian akan meningkatkan pelepasan hormon katekolamin. Hormon ini dapat menghambat kerja hormon oksitosin yang akan mengakibatkan kontraksi uterus dan sirkulasi uteroplasenta menurun, berkurangnya aliran darah dan oksigen ke uterus sehingga timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak. Hal ini akan berpotensi memperpanjang proses persalinan, yang dapat dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi berupa gangguan sirkulasi oksigen kepada janin, rendahnya skor APGAR sampai kematian ibu.
Dalam merespon kecemasan atau melakukan usaha coping umumnya dilakukan dengan berbagai cara, namun dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mereduksi kecemasan agar dapat kembali ke dalam keadaan normal dan seimbang. Salah satu teknik coping yang selama ini terbukti efektif mengatasi kecemasan yaitu teknik distraksi dan relaksasi. Teknik distraksi merupakan pengalihan fokus perhatian ke stimulus yang lain, seperti mendengarkan musik (terapi musik).
Kita ketahui musik memiliki kekuatan yang luar biasa yang berdampak bagi kejiwaan. Musik dapat membantu seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa sedih, membuat jadi gembira, dan membantu serta melepaskan rasa sakit. Musik yang didengarkan secara intensif dapat memberikan kekuatan penuh, dalam arti untuk merefleksikan emosi diri, penerangan jiwa dan ekspresi. Musik dapat memperlambat dan mempercepat gelombang listrik yang terdapat di otak sehingga dapat merubah kerja sistem tubuh, tentunya dalam hal ini musik yang memberikan perasaan nyaman bagi pendengarnya.
Musik dapat berkoordinasi dengan tubuh saat proses persalinan. Musik dapat dengan cepat menarik pendengarnya tetapi musik itu sendiri tidak pernah menyebabkan pendengarnya untuk bertindak. Intinya bahwa musik dapat membantu seseorang jika orang tersebut menginginkannya. Ibu yang dalam proses persalinan dapat terbantu untuk mengatasi nyeri yang dialaminya apabila ibu tersebut memang menginginkannya. Oleh karena itu, lebih baik memilih musik yang sesuai dengan ketertarikan ibu agar hasil yang didapat lebih efektif.
Dalam sebuah penelitian disampaikan bahwa musik dapat meningkatkan dan menstimulasi ß-Endorphin. ß-Endorphin adalah neuropeptida yang terdiri dari 31 asam amino yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang merupakan hasil pembelahan dari Proopio Melano Cortin (POMC). POMC adalah protein besar yang membelah menjadi protein kecil, seperti ß-Endorphin. Dalam sistem saraf perifer ß-Endorphin menghasilkan analgesik dengan mengikat receptor opioid terutama di tipe µ. Ikatan tersebut menyebabkan interaksi penghambatan pelepasan tachykinins khususnya substance peptide, protein kunci yang terlibat dalam transmisi nyeri. Dalam sistem saraf perifer opioid-µ terdapat di sepanjang saraf perifer dan sistem saraf pusat (SSP), ß-Endorphin juga mengikat receptor opioid-µ sehingga terjadi interkasi di terminal saraf presynaptic dan juga menghambat substance peptide, menghasilkan efek analgesic dengan menghambat pelepasan Gamma Butryic Acid (GABA), inhibitory neurotransmitter. Dalam sistem saraf pusat, receptor opioid yang paling banyak dihasilkan dijalur decenden neurotransmitter dalam mengontrol nyeri, termasuk amygdala, formasireticular mencephalic, materi abu-abu periaqueductal (PAG) dan rostal medulla.
Musik dapat bekerja di sistem limbik pada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot dan kecemasan serta depresi, menurunkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, serta menghilangkan nyeri. Musik yang menenangkan diyakini dapat menstabilkan kondisi fisik dan psikologis ibu, dan membantu menciptakan lingkungan yang nyaman bagi janin serta meningkatkan keterikatan antara ibu dan janin. Dengan kata lain musik dapat memberikan energi dan perintah melalui irama sehingga musik dengan tempo yang tepat dapat membantu wanita mengatur pernafasannya sehingga di samping dapat mengurangi kecemasan juga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Pada dasarnya semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan dalam usaha menurunkan tingkat kecemasan. Namun seringkali dianjurkan memilih musik dengan tempo sekitar 60 ketukan/menit, sehingga didapatkan keadaan istirahat yang optimal. Musik klasik sering menjadi acuan karena berirama tenang dan mengalun lembut. Pemilihan musik klasik lebih didasarkan pada keyakinan banyak ahli bahwa irama dan tempo kebanyakan musik klasik mengikuti kecepatan denyut jantung manusia yaitu sekitar 60 detak/menit. Salah satu musik klasik yang bermakna medis yaitu musik karya Mozart. Musik karya Mozart merupakan musik klasik yang memiliki nada lembut. Nada-nada tersebut menstimulasi gelombang alfa yang memberikan efek ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan memberi energi untuk menutupi, mengalihkan perhatian, dan melepaskan ketegangan maupun rasa sakit. Sebenarnya bukan hanya musik karya Mozart saja yang berefek mengagumkan tetapi semua musik yang berirama lembut serta mampu menenangkan suasana juga diidentifikasi memiliki efek Mozart.
Referensi :
Campbell, Don. 2002. Efek Mozart bagi Anak-anak Meningkatkan Daya Pikir, Kesehatan, dan Kreativitas Anak Melalui Musik. Alih Bahasa : Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta : Buku Baik.
Handayani R., Fajarsari D., Asih D., Rohmah D. N. 2014. Pengaruh Terapi Murrotal Al-Qur’an untuk Penurunan Nyeri Persalinan dan Kecemasan pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. Akademi Kebidanan YLPP.
Mander, Rosemary. 2003. Nyeri Persalinan. Edisi Bahasa Indonesia. Alih Bahasa : Bertha Sugiono. Jakarta : EGC.
Oktavia N. S., Gandamiharja S., Akbar I. B. 2013. Perbandingan Efek Musik Klasik Mozart dan Musik Tradisional Gamelan Jawa Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Nulipara. Universitas Padjajaran.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ratnawati Anggit E, Anies, Julianti Hari P. 2014. Perbedaan Musik Klasik Mozart dan Instrumental Modern Kitaro Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III dalam Menghadapi Persalinan. Stikes Bhamada.
S. Wahida, Nooryanto M., Andarini S. 2015. Terapi Murotal Al-qur’an Surat Ar-Rahman Meningkatkan Kadar ß-endorphin dan Menurunkan Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. Universitas Brawijaya.
Sari Karlita D., Pantiawati I. 2013. Perbandingan Teknik Masase dan Terapi Musik Terhadap Penurunan Kecemasan pada Ibu Bersalin Primipara di Kecamatan Brebes Tahun 2013. Akademi Kebidanan YLPP.
Somoyani N. K., Armini N.W., Erawati. 2015. Terapi Musik Klasik dan Musik Bali Menurunkan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif. Poltekkes Denpasar.
Sulistyawati, Ari, Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jalarta : Salemba Medika.
Analia dan Rodiani Moekroni. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan.